Keimanan seseorang dianggap tidaak baik apabila tidak memiliki akhlak yang baik. Orang-orang dahulu misalnya, selalu mengajarkan kepada anaknya untuk mempelajari akhlak terlebih dahulu sebelum belajar ilmu. Dengan seperti itu, tidak akan mungkin terwujud seorang yang berilmu namun berwatak sombong karena akhlak telah menjadi fondasinya.

Kemuliaan seorang Muslim terletak pada akhlak dicerminkannya. Jika seseorang membawa nama seorang Muslim, maka dia harus membawa akhlak yang mulia. Hal itu dikarenakan bahwa Inti dari ajaran agama Islam adalah akhlak.

Namun apa itu akhlak?

Muhammad bin Ali Asy Syariif Al Jurjani memberikan definisi akhlak sebagai “sesuatu yang sifatnya (baik atau buruk) tertanam kuat dalam diri manusia yang darinyalah terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah dan ringan tanpa berpikir dan direnungkan.”

Seorang yang masih memikirkan untung rugi sebelum memutuskan untuk berkata jujur, maka seorang tersebut belum dapat disebut sebagai “seorang berakhlak jujur”. Begitu juga ketika seseorang masih bergetar tangannya ketika akan berderma, maka seorang tersebut belum dapat disebut sebagai “seorang berakhlak dermawan.”

Tema, Landasan, dan Cara Memperoleh Akhlakul Karimah

Akhlak dalam Islam mencakup tiga hubungan, yaitu hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia, serta hubungan manusia dengan lingkungan dan hewan.

Seringkali khalayak salah kaprah bahwa yang dianggap sebagai akhlak adalah hanya hubungan antara manusia dengan manusia. Apabila seseorang hanya memiliki akhlak yang baik kepada sesama manusia, maka akhlaknya belum sempurna.

Seseorang yang gemar berderma ban membantu sesama, namun tidak melaksanakan shalat, maka seseorang tersebut tidak dapat disebut memiliki akhlak yang baik dan sempurna. Karena meskipun ia telah berakhlak kepada manusia, namun tidak berakhlak kepada Allah.

Terdapat perbedaan yang fundamental antara akhlak yang baik menurut Islam dengan yang bukan menurut Islam. Dalam Islam, landasan untuk berakhlak adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah. Acuan seseseorang dikatakan memiliki akhlak yang baik adalah apabila perilaku orang tersebut sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Apabila tidak sesuai maka tidak dapat disebut sebagai berkakhlak baik.

Namun landasan berkahlak baik menurut non-Islam adalah budaya, undang-undangan, pandangan orang, atau ajaran dari keyakinan lain. Jadi bagi umat Islam, meskipun perilakunya dianggap melanggar budaya dan jelek dalam pandangan orang, namun sesuai dengan ajaran Islam, maka umat Islam tersebut akan tetap menjalankan perilaku tersebut.

Adapun dalam tujuan berakhlak baik menurut Islam adalah untuk memperoleh ridha Allah. Sedangkan bagi non-Islam, berakhlak baik untuk memperoleh pujian, kenaikan karir, dan pamor dari khalayak umum atau seseorang. Berakhlak karena Allah mendapatkan ridha, sedangkan berakhlak karena Allah mendapat riya’. Sehingga daripada itu, sangat berbeda sumber dan tujuan berakhlak baik menurut Islam dengan yang bukan Islam.

Ada dua cara untuk memperoleh akhlak yang baik. Pertama, pemberian dari Allah langsung, Kedua, dengan olah diri.

Terdapat beberapa orang yang memang diberikan keistimewaan oleh Allah dengan mendapat kesabaran yang tinggi, kebaikan hati yang tulus, dan kejujuran yang teguh. Namun orang-orang seperti ini jarang dan tidak ada jaminan seseorang tersebut diberikan langsung oleh Allah. Maka bagi kebanyakan orang, akhlak yang baik hanya bisa didapat dengan usaha yang sungguh-sungguh.

Karena Allah tidak memberikan orang kesabaran secara langsung, maka Allah selalu memberikan keadaan dan momen bagi hamba-Nya untuk melatih kesabaran. Cercaan dan hinaan justru menjadi ajang untuk berlatih kesabaran. Karena sulitnya orang untuk melatih akhlak terutama kesabaran, maka Allah menggambarkan bahwa orang yang kuat adalah orang yang bisa melawan hawa nafsunya sendiri. (HR. Bukhari)

Terdapat beberapa keutamaan yang dijanjikan oleh Allah untuk sesesorang yang mampu berakhlak baik. Diantaranya:

Dicintai Rasulullah: “Sesungguhnya yang paling aku cintai di antara kalian dan paling dekat tempat duduknya denganku pada hari kiamat adalah mereka yang paling bagus akhlaknya di antara kalian.” (HR. Tirmidzi no. 1941. Dinilai hasan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jaami’ no. 2201.)

Mampu setara derajatnya dengan orang yang rajin berpuasa dan shalat “Sesungguhnya seorang mukmin bisa meraih derajat orang yang rajin berpuasa dan shalat dengan sebab akhlaknya yang luhur.” (HR. Ahmad no. 25013 dan Abu Dawud no. 4165. Dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhiib no. 2643.)

Paling sempurna imannya “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Tirmidzi no. 1162).

Wallahu a’lam bisshowab. (lal)

*ringkasan cerama Ustadz Isa Shaleh Kuddeh, M.Pd.I pada 10 September 2020 di Kantor PC Al-Irsyad Al-Islamiyyah Surabaya

*tonton ceramah lengkapnya di Youtube Channel Al-Irsyad Al-Islamiyyah Surabaya